PengajianKH Maimun Zubair yang Belum Pernah di Publikasikan. (lahir di Rembang, Jawa Tengah, 28 Oktober 1928 - meninggal di Mekkah, 6 Agustus 2019 pada umu DONASISEKARANG. Kyai Maimoen Zubair lahir di Sarang, Rembang, pada 28 Oktober 1928. Sejak kecil, Mbah Moen sudah sangat akrab dengan pendidikan agama, khususnya di pesantren. Ini tidak lepas dari peran ayahnya, Kiai Zubair, seorang alim dan faqih. Kyai Zubair merupakan murid dari Syaikh Said al-Yamani serta Syaikh Hasan al-Yamani. Videoini menjelaskan tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan pada garis bilangan. Caranya sangat mudah temen2 tonton videonya sampai selesai yaaa ๐Ÿ˜Š jika bermanfaat bantu subscribe channel ini yaa temen-temen ๐Ÿ˜Š terimakasih #operasibilangan #garisbilangan #penjumlahan #pengurangan Vay Tiแปn Nhanh. Berpulangnya Mbah Moen menghadap Sang Pencipta menyisakan duka yang sangat mendalam bagi kita semua. Gurat kesedihan, isak tangis dan doโ€™a dari jutaan umat manusia mengiringi kepergian beliau menuju kekasihnya. Ribuan pentakziah masih terus berdatangan ke rumah duka. Di beranda lini masa, ucapan belasungkawa, foto kenangan, cerita, dan obituari Mbah Moen terus mengalir, ditulis oleh banyak orang, memotret kehidupan beliau dari berbagai sudut pandang. Semua merasa kehilangan atas wafatnya kyai sepuh yang sangat kharismatik dan menyejukkan ini. Entah mengapa, saya sendiri juga merasakan kesedihan yang mendalam. Beberapa kali mbrebes mili jika mengingat sosok Mbah Moen, seolah kehilangan orang yang sangat dekat sekali. Padahal saya bukan santri Al Anwar Sarang. Interaksi dengan Mbah Moen paling banter hanya menyimak ceramah beliau dari kejauhan. Beberapa kesempatan ingin mencium tangan Mbah Moen, mungkin hanya sekali yang kesampaian. Selebihnya, ketika sudah mendekat selalu saja terdorong oleh para Banser atau santri pengawal Mbah Moen. Terdesak oleh tubuh-tubuh yang lebih besar, kemudian terpental dan hilang di tengah kerumunan. Keinginan untuk sowan Mbah Moen memang selalu muncul, tapi tak pernah benar-benar terlaksana. Bahkan ketika abah, ibu, dan saudara saya sowan Mbah Moen dua bulan kemarin, saya juga tidak bisa ikut. Di satu sisi ada semacam keyakinan bahwa suatu saat pasti saya akan bisa sowan Mbah Moen sendiri. Keyakinan bodoh yang akhirnya benar-benar saya sesali. Ah, seandainya waktu bisa diputar kembali. Mbah Moen adalah ulama kelas dunia. Kedalaman dan keluasan ilmunya, keagungan akhlaknya, serta pergaulannya yang luas melintasi sekat-sekat perbedaan, menghadirkan teladan bagi kita semua. Nasehat dan pesan-pesan Mbah Moen sangat sederhana, tetapi berhasil membidik pusat kesadaran manusia. Nasehat yang hanya bisa lahir dari jiwa suci, tulus, dan mulia. Ada satu nasehat Mbah Moen yang sangat halus tetapi berhasil menampar kesombongan saya sebagai seorang guru. Nasehat ini awalnya saya peroleh dari media sosial, tetapi kemudian juga sering saya dengar dari cerita beberapa santri Mbah Moen sendiri. โ€œJadi guru itu tidak usah punya niat pengen bikin murid pintar. Nanti kamu akan marah-marah jika melihat muridmu tidak pintar. Ikhlasnya jadi hilang. Yang penting niat menyampaikan ilmu dan mendidik dengan baik. Masalah muridnya nanti pintar atau tidak, serahkan saja pada Allah. Didoakan saja terus menerus agat dapat hidayahโ€. Mak jleb. Nasehat ini langsung menusuk batin saya sebagai guru. Duh Gusti, berarti selama ini saya adalah guru yang sangat angkuh dan merasa diri yang paling benar. Saya tidak peduli siswa saya siapa, seberapa luas pengetahuannya, seperti apa jenis kecerdasannya, bagaimana latar belakang keluarganya, kondisi ekonominya, kehidupan sosialnya, dan sebagainya. Semua saya tuntut untuk memenuhi standar yang saya tetapkan. Pokoknya semua harus pandai, harus bisa. Saya alpa memasuki dunia siswa dan mengambil posisi jika berada seperti mereka. Padahal tugas guru hanya menyampaikan ilmu, mendidik dan mengajar dengan sebaik-baiknya. Masalah berhasil atau tidak, itu urusan yang Maha Kuasa. Ini adalah prinsip praktek pendidikan di pesantren. Mengapa justru saya lupa? Sebodoh dan seburuk apapun seorang santri, tak pernah sekalipun para kiai mengeluh apalagi memarahi. Para kiai tetap mendidik santri dengan sepenuh hati, mendoakan mereka di tengah malam buta, agar dibukakan pintu hidayah dari Yang Maha Kuasa. Sebaliknya, saya jarang sekali mengirim fatihah untuk para siswa. Bahkan sering ngomel jika mendapati siswa malas belajar, enggan membaca, tak pernah bertanya, atau menjawab seenaknya jika ditanya. Belum lagi jika sering mengerjakan tugas ala kadarnya. Bagi saya, semua siswa harus pandai, apapun kondisinya. Saya membandingkan dengan saya sendiri. Meski orang tua hidup pas-pasan, Abah saya seorang guru, sehingga sejak kecil mulai dikenalkan dengan buku. Ini jelas berbeda dengan latar belakang para siswa yang saya hadapi. Rupanya, saya hanya peduli dengan isi otak mereka, tetapi sering abai menyentuh hati mereka. Saya seringkali ingin melihat hasil akhir tetapi kurang sabar dengan prosesnya. Sering menyalahkan siswa, tetapi enggan meningkatkan kualitas dan kompetensi diri sebagai guru. Mengajar dengan persiapan seadanya, metode pembelajaran ala kadarnya, membimbing dengan tidak semestinya, dan kurang peduli terhadap kebutuhan siswa. Sejak saat itu saya sangat menyesal, bahkan penyesalan itu masih saya rasakan sampai sekarang. Saya mulai kembali belajar bagaimana menyelami kehidupan para siswa. Memang, saya belum sepenuhnya berhasil, bahkan berulang kali masih melakukan kesalahan, tetapi nasehat Mbah Moen selalu menyadarkan saya kembali. Benar kata para bijak bestari bahwa sejatinya tidak ada anak yang nakal, yang ada adalah anak yang belum mengerti. Tidak ada pula anak yang gagal, yang ada adalah para orang tua dan guru yang kurang sabar dalam mendidik dan mengajar. Terima kasih Mbah Moen atas nasehat panjenengan yang begitu membekas di hati. Kini, Mbah Moen telah pergi dengan damai, meninggalkan teladan yang seharusnya berusaha kita ikuti, meninggalkan warisan ilmu yang semestinya terus kita pelajari. Mbah Moen telah pergi menghadap Sang Rabbul Izzati, meninggalkan kita semua yang belum selesai dengan urusan diri sendiri. Lahul Faatihahโ€ฆ Suatu ketika beliau memberi nasihat tertulis kepada para santrinya dan mengatakan ูŠู†ุจุบูŠ ู„ู„ุทุงู„ุจ ุณูŠู…ุง ููŠ ุขุฎุฑ ุงู„ุฒู…ุงู† ุฃู† ูŠุชุนู„ู…ูˆู† ูŠุชู„ู…ุฐ ุนู†ุฏ ุนุงู„ู… ูŠุชุตู„ ู†ุณุจู‡ ุฅู„ู‰ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…ุŒ ุฃูˆ ูŠุฏุฑุณ ูƒุชุงุจุง ู…ู† ู…ุคู„ูุงุช ุงู„ุนุงู„ู… ุงู„ุฐูŠ ู‡ูˆ ู…ู† ุฐุฑูŠุฉ ุงู„ุฑุณูˆู„ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…. ูˆุฐู„ูƒ ุงู„ุนุงู„ู… ูŠุณู…ู‰ ููŠ ุงู„ุงุตุทู„ุงุญ ุจุนุชุฑุฉ ุงู„ุฑุณูˆู„. Seyogyanya bagi seorang pelajar apalagi di jaman akhir, belajar di bawah naungan ahli ilmu yang sanadnya sampai pada Rasulullah SAW, atau mempelajari karya โ€“ karya orang Alim yang masih ada hubungan darah dengan Rasulullah SAW, ู„ุฃู† ููŠ ุขุฎุฑ ุงู„ุฒู…ุงู† ูŠุชุฒู„ุฒู„ ุฅูŠู…ุงู† ุดุฎุต ูƒู‚ุทุนุฉ ู…ู† ู‚ุทุน ุงู„ู„ูŠู„ุŒ ูŠุตุจุญ ุงู„ุฑุฌู„ ู…ุคู…ู†ุง ูˆูŠู…ุณูŠ ูƒุงูุฑุง ูˆูŠู…ุณูŠ ู…ุคู…ู†ุง ูˆูŠุตุจุญ ูƒุงูุฑุง ูˆู„ุง ูŠู†ุฌูˆ ุฅูŠู…ุงู† ุฅู„ุง ุฅูŠู…ุงู† ู…ู† ุฃุญูŠุงู‡ ุงู„ู„ู‡ ู…ุขู„ู‡ ุฅู„ู‰ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…ุŒ ุงู„ุฐูŠ ุจุงุจู‡ ุงู„ุฃุนุธู… ุณูŠุฏู†ุง ุนู„ูŠ ุจู† ุฃุจูŠ ุทุงู„ุจ ูƒุฑู… ุงู„ู„ู‡ ูˆุฌู‡ู‡ุŒ ูˆู‡ูˆ ุตุญุงุจูŠ Karena di jaman akhir, iman seseorang kerap kali tidak stabil ibarat malam cepat berlalu, kerapkali seorang laki-laki berstatus mukmin di pagi hari, dan berstatus kafir di sore hari, begitu juga tidaklah iman seorang hamba akan selamat kecuali jika Allah hidupkan kembali dengan Ilmu. Dan ilmu Agama hanya bersumber dari Rasulullah, berpintukan Sayyid Ali Bin Abi Thalib selaku sahabat Nabi. ู„ูƒู† ูƒุซูŠุฑุง ู…ู† ุงู„ุตุญุจุฉ ู„ูŠุณ ู…ู† ุฃู‡ู„ ุงู„ุจูŠุช ุฃูˆ ู…ู† ุฐุฑูŠุฉ ุงู„ุฑุณูˆู„ุŒ ู„ูƒู† ุฃูƒุซุฑู‡ู… ู…ู† ุงู„ุฃุฌุงู†ุจ ู…ุซู„ ุฃุจูŠ ุจูƒุฑ ูˆุนู…ุฑ ูˆุนุซู…ุงู† ูˆุฃุจูŠ ุจูƒุฑ. ูˆุงู„ุตุญุจุฉ ู‡ู… ุงู„ุนุงู„ู…ูˆู†ุŒ ูˆุงู„ุนุงู„ู… ู…ุซู„ ุงู„ู†ุฌู…ุŒ ูˆุงู„ุตุญุจุฉ ู‡ู… ุงู„ุฃู†ุฌู… ุงู„ุฒู‡ุฑ ูƒู…ุง ู‚ุงู„ ุณูŠุฏู†ุง ู…ุญู…ุฏ ุฃุตุญุงุจูŠ ูƒุงู„ู†ุฌูˆู… ุจุฃูŠู‡ู… ุงู‚ุชุฏูŠุชู… ุงู‡ุชุฏูŠุชู… Hanya saja, tidak sedikit Sahabat-sahabat Nabi yang bukan Ahlul bait atau kerabat Nabi, Akan tetapi melalui jalur nasab berbeda seperti Abu Bakar, Umar dan Sayid Utsman. Para sahabat adalah ahlul ilmi seluruhnya, orang alim itu ibarat bintang-bintang, dan para sahabat nabi adalah bintang-bintang seluruhnya, seperti yang di sabdakan Nabi Muhammad SAW Sahabat-Sahabatku bagaikan bintang, siapapun yang kalian ikuti, dia itu kalian mendapat petunjuk. ูˆููŠ ุญู‚ ุฃู‡ู„ ุจูŠุชู‡ ู‚ุงู„ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุฅู† ู…ุซู„ ุฃู‡ู„ ุจูŠุชูŠ ููŠูƒู… ู…ุซู„ ุณููŠู†ุฉ ู†ูˆุญ ู…ู† ุฑูƒุจู‡ุง ู†ุฌุง ูˆู…ู† ุชุฎู„ู ุนู†ู‡ุง ู‡ู„ูƒุŒ ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุญุงูƒู… Rasulullah bersabda seputar keistimewaan garis keturunanya Sesungguhnya perumpamaan keluargaku di antara kalian, bagaikan perahu Nabi Nuh AS, barang siapa yang menaikinya beruntunglah dia, dan barang siapa yang membelakanginya hancurlah. HR. Hakam. ูˆู‚ุงู„ ุงู„ุฏูŠุจุนูŠ ูˆุณููŠู† ู„ู„ู†ุฌุงุฉ ุฅุฐุง * ุฎูุช ู…ู† ุทูˆูุงู† ูƒู„ ุฃุฐู‰ ูุงู†ุฌ ููŠู‡ุง ู„ุง ุชูƒูˆู† ูƒุฐุง * ูˆุงุนุชุตู… ุจุงู„ู„ู‡ ูˆุงุณุชุนู† Imam Ad-Dibaโ€™i berkata Dan perahu ahlul bait untuk keberuntungan saat kau khawatir akan setiap musibah *Maka Keberuntungan akan didapati bagi yang menaikinya musibah tidak akan menerkamnya. Mintalah perlindungan dan pertolongan kepadaAllah. ู…ู† ู‡ู… ุชู„ูƒ ุงู„ุณููŠู†ุฉ ู‚ุงู„ ุฃู‡ู„ ุจูŠุช ุงู„ู…ุตุทูู‰ ุงู„ุทู‡ุฑ * ู‡ู„ ุฃู…ุงู† ุงู„ุฃุฑุถ ูุงุฏูƒุฑ ุดุจู‡ูˆุง ุจุงู„ุฃู†ุฌู… ุงู„ุฒู‡ุฑ * ู…ุซู„ ู…ุง ู‚ุฏ ุฌุงุก ููŠ ุงู„ุณู†ู† Siapakah perahu itu, Imam Ad-Dibaโ€™i berkata Mereka adalah Ahlul Bait yang suci, mereka adalah tonggak keamanan bumi. Mereka diumpakan bintang โ€“ bintang dan bunga, seperti yang telah di sebutkan di dalam Hadist-Hadits Nabi. ูˆู†ุญู† ููŠ ู…ุซู„ ู‡ุฐู‡ ุงู„ุฃูŠุงู… ุฅูŠู…ุงู†ู†ุง ูƒุซูŠุฑุง ู…ุง ูŠุชุฒู„ุฒู„ ุจุณุจุจ ู…ูˆุฌ ู…ู† ุงู„ุฃู…ูˆุงุฌ ุงู„ุชูŠ ูƒู†ุง ู†ุฑุงู‡ุง ูˆู†ุดู‡ุฏู‡ุง ุญูˆู„ู†ุง Dan saat ini, kami melihat iman-iman kami kerapkali tidak stabil, sebab deraian ombak โ€“ ombak yang kami lihat di sekitar .ููŠู†ุจุบูŠ ู„ู†ุง ุฃู† ู†ุฑูƒุจ ุชู„ูƒ ุงู„ุณููŠู†ุฉ ุงู„ุชูŠ ุชุฌุฑูŠ ููŠ ุงู„ุจุญุฑ ู„ูŠุณู„ู… ู…ู† ู…ูˆุฌ ู…ู† ุงู„ุฃู…ูˆุงุฌ ุญุชู‰ ู†ู„ู‚ู‰ ุฑุจู†ุง ูˆู‡ูˆ ูŠู‚ุจู„ ุฅูŠู…ุงู†ู†ุง Maka seyogyanya bagi kita menaiki perahu yang sedang berlayar, agar kita selamat dari deraian ombak, hingga kita dapat bersua dengan tuhan dengan membawa iman yang yang tuhan menerima keimanan kita. ูˆุฐู„ูƒ ุงู„ุฑูƒุจ ุจุงู„ุชุนู„ู… ูˆุงู„ุชู„ู…ุฐ ู…ู† ุนู†ุฏ ุงู„ุญุจูŠุจ ุฃูˆ ุงู„ุณูŠุฏ ุฃูˆ ุจุชุฏุฑูŠุณ ูƒุชุงุจ ู…ู† ู…ุคู„ูุงุช ุนุชุฑุฉ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ Dan tunggangan itu dengan cara belajar dan berguru kepada Habib atau Sayid atau dengan cara belajar karya ulama dari garis keturunan Rasulullah. ู„ูƒู† ุงู„ุฌุฑูŠ ููŠ ุงู„ุจุญุฑ ู„ุง ุจุฏ ู„ู‡ ู…ู† ู…ุนุฑูุฉ ุฌู‡ุฉ ู„ูƒูŠู„ุง ูŠุถู„ุŒ ูˆุฐู„ูƒ ุจู…ุนุฑูุฉ ุงู„ู†ุฌู…ุŒ ูˆุงู„ู†ุฌู… ู‡ูˆ ุงู„ุนุงู„ู… Akan tetapi, berlayar di lautan haruslah mengetahui arah agar tidak tersesat, dan hal itu hanya dapat diketahui dengan cara mengetahui bintang, yakni orang-orang alim. ููŠู†ุจุบูŠ ุญูŠู†ุฆุฐ ุฃู† ูŠุฌู…ุน ุจูŠู† ุงู„ุนู„ู… ุงู„ุธุงู‡ุฑ ุงู„ุฐูŠ ู…ุนุธู…ู‡ ู…ู† ุงู„ุนุงู„ู… ุงู„ุฐูŠ ู„ูŠุณ ู…ู† ุนุชุฑุฉ ุงู„ุฑุณูˆู„ุŒ ูˆุจูŠู† ุงู„ุนู„ู… ุงู„ุจุงุทู† ุงู„ุฐูŠ ู…ุนุธู…ู‡ ู…ู† ุฐุฑูŠุฉ ุงู„ุฑุณูˆู„ Oleh karena itu, seyogyanya bagi seorang pelajar menghimpun ilmu dzahir yang notabenenya hanya di miliki orang alim yang bukan dari jalur Dzurriyah Nabi, dan ilmu batin yang notabenenya dimiliki Dzurriyah Nabi. ูˆู„ุฐู„ูƒ ูŠู‚ุฑุฃ ุดูŠุฎู†ุง ููŠ ุงู„ู…ุฑุฉ ุงู„ู‚ุงุฏู…ุฉ ูƒุชุงุจ ุฑุณุงู„ุฉ ุงู„ู…ุนุงูˆู†ุฉ ู„ู„ุณูŠุฏ ุนุจุฏ ุงู„ู„ู‡ ุจู† ุนู„ูˆูŠ ุงู„ุญุฏุงุฏ Oleh sebab itu, syaikhina maimoen pada kesempatan lalu membaca kitab Risalatul muaโ€™wanah karya Sayid Abdullah Bin alawi al haddad. ูˆุจุนุฏ ุฃู† ูŠุตู„ูŠ ุงู„ุตุจุญ ูŠู‚ุฑุฃ ู‡ูˆ ู…ุคู„ู ุงู„ุฅู…ุงู… ุบุฒุงู„ูŠ ุฅุญูŠุงุก ุนู„ูˆู… ุงู„ุฏูŠู†. ู„ูƒูŠ ูŠุฌู…ุน ุจูŠู† ุงู„ุณููŠู†ุฉ ูˆุงู„ู†ุฌู… ุญุชู‰ ูŠุฌุฏ ุฏุฑุง ูŠุงู‚ูˆุชุง ุงู„ุฐูŠ ู‡ูˆ ุงู„ุญู‚ูŠู‚ุฉ Dan dilanjutkan dengan membaca karya Imam Al-Ghazali โ€œIhyaโ€™ ulumuddinโ€ setelah Shalat Subuh, agar beliau dapat menghimpun antara perahu dan bintang, sehingga memperoleh tempat yang indah bagaikan yaqut yakni Hakikat cinta kepada Allah. ูˆุฐู„ูƒ ุงู„ุฏุฑ ูŠูƒูˆู† ุฃุณูู„ ุงู„ุจุญุฑ ุงู„ุนู…ูŠู‚โ€ฆูˆุงู„ู„ู‡ ูŠูˆูู‚ู†ุง ู„ู…ุง ู‡ูˆ ุฑุถุงู‡ุŒ ุฃุณุชุนุฐุฑ ู…ู†ูƒู… ุญูŠุซ ูˆุฌุฏุชู… ููŠ ูƒุชุงุจุชูŠ ู‡ุฐู‡ ูƒุซูŠุฑ ุงู„ุฎุทุฃ ุฃูˆ Dan hal itu merupakan nilai yang paling rendah, mudah-mudahan Allah selalu menuntun kita pada jalan yang diridhoinya, maโ€™afkan aku jika kalian menemukan kesalahan dari apa yang aku tulis, terimakasih. Wallahu aโ€™lam.โ โ โ โ  Umat Islam sedunia sedang khusyuk ibadah haji. Ibadah haji adalah rukun Islam kelima yang didambakan oleh setiap individu umat Islam. Selain thawaf, saโ€™i, wuquf di Arafah, tahallul, dan lempar jumrah, ibadah haji pun diisi dengan berbagai ibadah dan doa taqarrub mendekatkan diri kepada Allah secara maksimal. Ibadah haji di Tanah Suci dijadikan media untuk beribadah total dan gas pollโ€™.Para alim banyak mendambakan wafat dalam keadaan husnul khatimah. Di antara ciri-ciri husnul khatimah adalah semasa hidup senantiasa taat agama, bermanfaat bagi sesama, dan wafat di saat sedang beribadah. Mbah Maimun wafat di saat sedang menjalankan ibadah haji. Ini adalah kode kuat yang menunjukkan bahwa Mbah Maimun wafat dalam keasaan khusnul khatimah. Bahkan, kematian paling indah adalah kematian di saat beribadah menghadap Allah, seperti haji, shalat, membaca Al-Qurโ€™an, mengajar. Sehingga banyak para alim mendambakan wafat ketika haji atau shalat. Mbah Maemon merenggut kematian dan kematian merenggut Mbah Maimun dengan penuh kemesraan dan indah. Allah mengajak pulang kekasih-Nya, yakni Mbah Maimun dalam keadaan indahnya Para SantriKetika saya nyantri di Pesantren Lirboyo Kediri, ada perhelatan Reuni Akbar yang ternyata dihadiri oleh ribuan alumnus yang notabene kiyai yang memiliki pesantren dengan banyak santri dan alumni serta berpengaruh di tengah umat dan negara. Di antara alumni yang hadir dan memberi sambutan/ceramah yaitu KH. Maimun Zubair Mbah Moen, KH. Musthofa Bisri Gus Mus, KH. Said Aqil Siradj, KH. Nur Iskandar, dan kiai yang alumni, Mbah Moen dengan penuh antosias sering memberikan kata pengantar sembari dibubuhi tanda tangan pada setiap buku karya tulis santri Lirboyo. Seraya memberikan dukungan agar para santri Lirboyo terus berkarya. Tak berlebihan, suport Mbah Moen adalah salah satu faktor belakangan semakin membahananya gerakan literasi di kalangan santri dan tidak sedikit bermunculan penulis muda dari kalangan alumni pesantren Maimun sendiri adalah seorang penulis. Di antara karyanya yaitu al-Ulama al-Mujaddiduna, Tarajum Masyayih al-Maโ€™had Sarang al-Qadim, Inayat al-Muftaqar bi-Ma Yataโ€™allaq bi-Hidir alaihi as-Salam, Maslak at-Tanasuk al-Makkiy wa sekitar tahun 2005, saya sedang belajar di Universitas Al-Azhar, Mbah Moen sedang berada di Mesir. Saya sowan. Beliau mengajak bicara dengan bahasa Arab fushah. Saya sungguh semakin setiap nasehat dan tausiyahnya, Mbah Maimun menekankan pendidikan tanpa dan anti kekerasan. Mbah Moen bertutur, โ€œJadi guru itu tidak usah niat bikin pintar orang. Nanti kamu hanya marah-marah ketika melihat muridnya tidak pintar. Yang penting niat menyampaikan ilmu dan niat mendidik yang baik. Masalah muridmu pintar atau tidak serahkan sama Allah. Didoakan saja terus menerus supaya muridmu mendapat hidayahโ€.Teladan BangsaPada tahun 2012, Mbah Maimun menyerahkan ijazah syair โ€œSyubbanul Wathan, Cinta Tanah Airโ€ karya KH. Abdul Wahab Chasbullah, salah satu tokoh pendiri NU kepada para ulama dan santri Nahdhiyyin. Sebagai berikutYa Lal Wathan Ya Lal Wathan Ya Lal Wathan Hubbul Wathan minal Iman Wala Takun minal Hirman Inhadhu Ahlal Wathan Indonesia Biladiy Anta Unwanul Fakhama Kullu Man Yaโ€™tika Yauma Thamihan Yalqo Himama Pusaka Hati Wahai Tanah Airku Cintamu dalam imanku Jangan halangkan nasibmu Bangkitlah hai bangsaku Indonesia negeriku Engkau panji martabatku Siapa datang mengancammu Kan binasa di bawah ini dimunculkan Mbah Moen pada masa yang tepat. Di saat sebagian umat Muslim euvoria ingin merubah ideologi bangsa ke khilafah atau syariat Islam. Syair tersebut sebentuk konter narasi radikalisme dan mengokohkan nasionalisme. Mbah Maimun hendak menegaskan kembali bahwa cinta tanah air adalah bagian dari keimanan, cinta tanah air merupakan kewajiban akhir hayatnya, Mbah Maimun sedang gencar menyuarakan bahwa ideologi Pancasila sudah final dan NKRI harga mati. Sebab tidak bertentangan dan tidak boleh dipertentangkan dengan agama. Selaksa Mbah Maimun sedang menyampaikan wasiat terakhirnya pada seluruh anak bangsa, bahwa umat Islam harus bersama-sama dengan umat agama lain berkewajiban menjaga dan memajukan bangsa ini dengan ideologi yang ada.

kata kata kh maimun zubair tentang santri